Sejak kemunculan pertama tersebut, band ini kemudian membaiat diri mereka sendiri sebagai arena merayakan dan menyembah berhala-berhala rock. Latar belakang referensi musik masing-masing anggota band yang sangat plural membawa band ini ke dalam proses panjang pencarian identitas musik mereka. Beberapa narator utama musik dunia menjadi penanda panggung-panggung awal Jenny. Terlihat dari sederet cover peformance dari lagu milik band-band hebat seperti Ramones, Jimi Hendrix, The Datsuns, Stones, Kings Of Leon, Libertines, The Strokes, White Stripes bahkan pantera yang sempat dibawakan jenny. Para guru tersebut menyumbang remah-remah dalam pembentukan identitas musikalitas jenny. Namun begitu, lagu-lagu jenny-lah sendiri yang kemudian mendefinisikan musik Jenny. Yaitu sebuah bentukan musik rock modern tanpa meninggalkan sari rasa finest ‘60 & ‘70's rock'n'roll dengan kecenderungan eksekusi musikal ke arah genre garage rock. Roby Setiawan memainkan gibson spirit di atas rangkaian pedal wah, digital delay dan overdrife effect, adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap bentukan karakter sound jenny. Pemuja sejati jimi hendrix, the edge, dan dylan, dan dia adalah seorang metal heads pada masa2 SMA'nya. Arjuna Bangsawan sering tidak bisa menutupi kekagumannya pada RHCP dan Beatles, dan dari situlah dia berangkat menjadi pemain bass yang sangat diandalkan oleh Jenny. Anis Setiaji, satu lagi metal heads di jenny, sosok yang tidak terlalu banyak bertutur lisan, namun benar-benar bisa berverbal ria dengan perantara seperangkat tetabuhan drum. Sedangkan Farid Stevy Asta adalah pelantun vokal, penulis lirik, dan art manager di Jenny. Gaya tarik suara throaty dan melodius yang dia gemari tersematkan pada tulisan -tulisan liriknya tentang broken trust, rutinitas sehari-hari, manusia-Tuhan-hidup-mati, dan hal-hal kecil yang dia alami dari panggung ke panggung bersama Jenny.