Review by MONTHSTER ! zine and catalogue Vol.2
Ungkapan sebuah statemen kepada publik. Bertajuk manifesto yang menjadi phantasm, menjadi empat pemuda di Yogyakarta yang membungkus ingenuitas mereka di usungan hits-hits mereka. Lick – lick guitar crunchy yang bermelodi dan catchable to play and hear , rapi dan menginspirasi. Bass yang sibuk bercinta dengan beat-beat drum bertenaga, bukan sekedar pelengkap, tapi unsur yang mempercantik, riff-riff yang mengikuti alur. Dan lantunan suara layaknya bermalas-malasan , kerap bercerita dan menyuarakan sebuah rayuan untuk berdansa. Inilah JENNY. Bukan yang lain, ini adalah Jenny. Layaknya hidangan pembuka, mati muda yang bersemangat layaknya anthem , dengan memperdengarkan saja mungkin kalian bisa merasakan antusiasme para teman pencerita dengan teriakan teriakan seperti mengelu-elukan keresahan bahayanya apa itu dosa dan pahala.
“Sebuah manifesto nyalakan postmodernisme bungkam para arogan” , terjang para ideal. Dengan lirik yang sebagian besar berbahasa indonesia akan terdengar lebih pedas dan tajam, meredam emosi dengan pemilihan kata kata yang merepresentasikan sesuatu yang baru di dalam kepala. Di 120 yang untungnya didalam lirik dan maknanya yang tidak terdefinisikan dengan baik, Jenny lagi lagi menyusun abjad dan nada itu kembali menjadi sesuatu yang layak didengarkan secara seksama dan dihayati dalam – dalam.
Dengan acuan lirik lirik meng-aku dan kalian pendengar sebagai orang kedua, Jenny mengemas album ini dengan baik. Hitam putih, sederhana dan sekali lagi sangat pantas untuk kalian miliki dan menominasikannya ke dalam playlist mp3 kalian. Album ini adalah ajakan,album ini berniat menjadi sebuah suntikan dalam pola pikir baru. Apakah kalian akan berusia pendek atau kalian sibuk berdansa sambil sedikit memikirkan tarif idealisme kalian. Menghentakkan kaki dan berniat untuk merubah alkohol favorit kalian, atau bahkan protes ke pacar kalian dengan menyanyikamn look with who I’m taking to. Itupun kalau kalian punya pacar. Sedikit cerita tentang album launching maret lalu, kings of leon, The strokes, The Ramones ada di dalam kamus musik mereka. Jangan menebak seperti apa lagu-lagiu mereka..karena mereka Jenny. Karena mereka adalah sebuah mega epic danceable that will rocks your ear and blow your brain . [Aree dharma ]
“Sebuah manifesto nyalakan postmodernisme bungkam para arogan” , terjang para ideal. Dengan lirik yang sebagian besar berbahasa indonesia akan terdengar lebih pedas dan tajam, meredam emosi dengan pemilihan kata kata yang merepresentasikan sesuatu yang baru di dalam kepala. Di 120 yang untungnya didalam lirik dan maknanya yang tidak terdefinisikan dengan baik, Jenny lagi lagi menyusun abjad dan nada itu kembali menjadi sesuatu yang layak didengarkan secara seksama dan dihayati dalam – dalam.
Dengan acuan lirik lirik meng-aku dan kalian pendengar sebagai orang kedua, Jenny mengemas album ini dengan baik. Hitam putih, sederhana dan sekali lagi sangat pantas untuk kalian miliki dan menominasikannya ke dalam playlist mp3 kalian. Album ini adalah ajakan,album ini berniat menjadi sebuah suntikan dalam pola pikir baru. Apakah kalian akan berusia pendek atau kalian sibuk berdansa sambil sedikit memikirkan tarif idealisme kalian. Menghentakkan kaki dan berniat untuk merubah alkohol favorit kalian, atau bahkan protes ke pacar kalian dengan menyanyikamn look with who I’m taking to. Itupun kalau kalian punya pacar. Sedikit cerita tentang album launching maret lalu, kings of leon, The strokes, The Ramones ada di dalam kamus musik mereka. Jangan menebak seperti apa lagu-lagiu mereka..karena mereka Jenny. Karena mereka adalah sebuah mega epic danceable that will rocks your ear and blow your brain . [Aree dharma ]
No comments:
Post a Comment