lirik demi lirik manifesto


MATIMUDA
berbaris baris dan bersiaplah
bersiap siap siapkan jawaban
sambutlah sambut sebuah istilah universal
untuk akhiran
nyala takkan terlalu lama
padam akan datang lebih segera
jika harus jadi maka jadilah
jika harus mati maka matilah
semoga matimu matimuda
semoga matiku matimuda
hidup tak perlu terlalu lama
jika dosa yang berkuasa
jika harus mati maka matilah
jika harus kini maka sekaranglah

MONSTER KARAOKE

menjelang enam
selepas lima petang
sepanjang rute pulang
dan sisa energi
menjelang enam
mesin dan angin
jadi suara latar
gerak pemandangan ikut melengkapi
menjelang enam
aku pulang

teman bermain diperankan oleh perangkat digital
playlist andalan bagai ayat-ayat dalam doa
berteriak, soraki laju lagu tangisi melodi
rayakan apa saja hari ini
oowh.. no..nooo, oowh.. no..nooo
soraki laju lagu tangisi melodi
rayakan apa saja hari ini
monster karaoke, monster karaoke
soraki laju lagu tangisi melodi (4x)

monster karaoke (4x)
menjelang enam aku pulang menjelang enam
menjelang enam aku pulang menjelang enam
aku pulang..


MAHAOKE

dia yang maha oke
maha menguasai
dalam kendali penuh
atasmu dan atasku

dia yang maha oke
dan yang maha pasti
terpantas dikagumi
wow.. u wow

segala dibawah matahari
dan diatas galaksi
dibawah ruang dan waktu
dan sgala ada padamu
pagi indah cerah yeng engkau nanti
dan sore redup tenang yang kau nikmati
sedikit dari banyak yang maha oke beri

mahaoke ma.. maha oke (4x)
mahaoke
mahaoke ma.. maha oke (3x)
dialah satu satunya... maahaokee

dia yang maha oke
dan maha memiliki
dalam hak milik penuh
atasmu dan atasku

dia yang maha oke
dan yang maha pasti
terpantas dikagumi
wow.. u wow

mahaoke ma.. maha oke (4x)
mahaoke
mahaoke ma.. maha oke (3x)
dialah satu satunya... maahaokee


MANIFESTO POSTMODERNISME

sebuah manifesto
nyalakan postmodernisme
bungkam para arogan
terjang para ideal

sgalanya sudah di temukan
semuanya telah didefinisikan
ais sisanya ditanah
susun lagi dengan tanganmu

tak ada lagi kebaruan
semua kata pernah dikalimatkan
pilih sisanya di udara
ucapkan lagi di mulutmu

tak ada yang baru
dibawah matahari

manifesto postmodernism (8x)

tak ada yang baru
dibawah matahari
katakan sesuatu yang baru
dari dalam isi kepalamu

manifesto postmodernism (16x)



MENANGISI AKHIR PEKAN

hingar bingar hampa
dalam tempo yang semakin melambat
sepekan tertukar dengan lari paksa rutinitas

satu terakhir dari tujuh
saatnya tanggalkan baju perangku
sandarkan tubuh lelah lemah lelah sandarkan dulu

permintaan dan pemenuhan
terangkai dalam sebuah rantai makanan
sepekan termakan dalam rantai makanan itu

satu paling ujung dari tujuh
saatnya tumpahkan keluh kesahku
bingarkan panggung rendah luas terang tanpa barikade

teman dan pencerita
panggung dan pertunjukan
cairan dan pendosa
rayakan dengan
asap di hela napas
jalan dan pencarian jawaban
ingatan dan penyesalan
tangisi akhir pekanmu

satu yang terakhir dari tujuh
saatnya tanggalkan baju perangku
saatnya sandarkan tubuh lelahku
saatnya tumpahkan keluh kesahku
saatnya bingarkan panggungku

tangisilah
rayakanlah


THE ONLY WAY

I never see again some preety eyes
Since the last time I saw your eyes
I never kissed again some sweet lips
Since the last time i kissed your lips
Go go go, go go go
Things so fine before yo go
No no no, no no no
Did I want it that way, well the answer is no

The good old days has ended someway
Is not easy but this the only way
I never knew I’m so lucky to have you
Until the day I’ve lost you
Paralel life I’ll see you soon

Paralel life I’ll see you soon

The good old days, allright..
Is not easy, Is not easy
I never knew I’m so lucky to have you
Until the day I’ve lost you
Paralel life I’ll see you soon


120

tentang benda-benda yang engkau punya
dan engkau banggakan
tentang gaya hidup yang kau kenakan
dan bahkan kini kau tuhankan

tentang kekinian yang selalu saja kau bicarakan
tentang status dan posisi tawarmu
di penglihatan orang-orang

jangan harap itu bisa
mengesankanku dan menjatuhkanku

atas nama dunia yang engkau pikir
telah dan selamanya akan kau genggam...

tentang nama besar yang kau sandang
dan engkau busungkan
tentang seberapa pintar dan cemerlangmu
di penglihatan orang-orang

tentang satu dua tiga peperangan
yang pernah kau menangkan
kalimat menjatuhkan yang jadi sering
engkau ucapkan kau hujamkan

jangan harap itu bias mempercepatmu dan mengejarku..

atas nama dunia yang engkau pikir telah kau punya
atas nama dunia yang engkau kira
telah dan selamanya akan kau genggam

120 sekian
dan masih kan menambah
kecepatan, kecepatan
dan tak akanbisa terkejar

jangan harap itu bisa
mengesankanku dan menjatuhkanku
atas nama dunia yang engkau pikir
telah kau punya
atas nama dunia yang engkau kira
telah dan selamanya akan kau genggam...

120 sekian
dan masih kan menambah kecepatan


RESISTANCE IS FUTILE

all the things we've done
the things i dont want to reminded
but even a little light
bring back all the sight
bring all the sight

well yes im on this time
im on this sentimental time
it never end
it like never end, no..

i shall never cherish you
like I said i shall never forgive you
sometimes
somethings
can changed

even my resistance is futile
i wrote this songs for someone
but dont be afraid to get fun
i wrote this words for somehow


it's could be you but it's not you
it's could be you but it's not you
it's should be you but why it was not you
if you want to dancing why don't you dancing


LOOK WITH WHOM I'M TALKING TO


well i’m burn inside the fire
but feel like I’m drowning into water
look with whom i'm talking to
look with whom i'm talking to

well i dont want you to change your mind
everything is gonna stay the same
now look with who i'm talking to
i'm talking to you

all i wanna, all i wanna
talking to you

its so nice to saw you standing there (in the crowd)
with your foolish dress (dance) youre still looking so fine
you still looking so fine

fire, water, fire, water, fire, water, fire, water,


DANCE SONG

what you see is what you will get
stop thinking too much you better now start your step
what was that? did you say no?
don't you want to go

spent all the cry for another story
hard to say it easy but you could take it easy
what was that? did you say no?
i know you want to go

well you let me in but never let me out
nice to know you darling and ill be right behind you
what was that? Did you say no?
don't you want to go

what you see is what you'll get
stop thinking too much now start your step

you don't have to sing the last song
you don't have to sing it
no worry, i will just alright
you don't have to shout the last word
you don't have to shout it
so please now just go away







not deaf, hold ears

Review by MONTHSTER ! zine and catalogue Vol.2

Ungkapan sebuah statemen kepada publik. Bertajuk manifesto yang menjadi phantasm, menjadi empat pemuda di Yogyakarta yang membungkus ingenuitas mereka di usungan hits-hits mereka. Lick – lick guitar crunchy yang bermelodi dan catchable to play and hear , rapi dan menginspirasi. Bass yang sibuk bercinta dengan beat-beat drum bertenaga, bukan sekedar pelengkap, tapi unsur yang mempercantik, riff-riff yang mengikuti alur. Dan lantunan suara layaknya bermalas-malasan , kerap bercerita dan menyuarakan sebuah rayuan untuk berdansa. Inilah JENNY. Bukan yang lain, ini adalah Jenny. Layaknya hidangan pembuka, mati muda yang bersemangat layaknya anthem , dengan memperdengarkan saja mungkin kalian bisa merasakan antusiasme para teman pencerita dengan teriakan teriakan seperti mengelu-elukan keresahan bahayanya apa itu dosa dan pahala.

“Sebuah manifesto nyalakan postmodernisme bungkam para arogan” ,
terjang para ideal. Dengan lirik yang sebagian besar berbahasa indonesia
akan terdengar lebih pedas dan tajam, meredam emosi dengan pemilihan kata kata yang merepresentasikan sesuatu yang baru di dalam kepala. Di 120 yang untungnya didalam lirik dan maknanya yang tidak terdefinisikan dengan baik, Jenny lagi lagi menyusun abjad dan nada itu kembali menjadi sesuatu yang layak didengarkan secara seksama dan dihayati dalam – dalam.

Dengan acuan lirik lirik meng-aku dan kalian pendengar sebagai orang kedua, Jenny mengemas album ini dengan baik. Hitam putih, sederhana dan sekali lagi sangat pantas untuk kalian miliki dan menominasikannya ke dalam playlist mp3 kalian. Album ini adalah ajakan,album ini berniat menjadi sebuah suntikan dalam pola pikir baru. Apakah kalian akan berusia pendek atau kalian sibuk berdansa sambil sedikit memikirkan tarif idealisme kalian. Menghentakkan kaki dan berniat untuk merubah alkohol favorit kalian, atau bahkan protes ke pacar kalian dengan menyanyikamn look with who I’m taking to.
Itupun kalau kalian punya pacar. Sedikit cerita tentang album launching maret lalu, kings of leon, The strokes, The Ramones ada di dalam kamus musik mereka. Jangan menebak seperti apa lagu-lagiu mereka..karena mereka Jenny. Karena mereka adalah sebuah mega epic danceable that will rocks your ear and blow your brain . [Aree dharma ]

Hit The Road Vol. 1 Surabaya

reviewed on DAB magazine April-mei 2009

Band-band Jogja menyerbu Surabaya dalam acara yang diprakarsai oleh Moof, clothing asal Jogja. Acara ini juga menyatukan pelaku clothing dua kota tersebut. Polka Polizei, langsung membuka panggung malam itu. Dilanjutkan Terbujur Kaku , one man project bernuansa mashcore, dan breakcore, yang beraksi dengan Cangkang Serigala. Nervous yang enggan membiarkan kesunyian pada saat jeda pergantian, menggebrak dengan hits hits noise rock . The others, band post rock Surabaya mengisi panggung selepas Nervous. Jenny naik panggung dan langsung memanaskan vebue dengan musik yang anthemic. The Nobodies, band postpunk Surabaya menutup dengan klimaks. Ini menjadi bukti nyata bahasa musik berhasil menyatukan dua wilayah yang berbeda.

reviewed by S.A Jammal Playbook july 2009

Di penghujung bulan Mei, sekelompok anak muda menggelar perjamuan di pelataran Ailoa Store setelah sekian lama Surabaya tidak menggelar sharing gig antar propinsi. Kali ini Others, Nobodies, Polka Polizei dan Terbujur Kaku menjamu Jenny, Savior, Nervous, Cangkang Srigala. Sebuah mixtape kelas satu yang terwujud nyata. Dibuka denhgan teriakan liar dari Ican dan Phleg, dari Cangkang Srigala dan Terbujur kaku

Polka Polizi mengawali dengan “oliver”, begitu kencang begitu dasyat, sebuah appetizer yang menggairahan !! Band berikutnya , Savior tampil dengan intro yang toksik ada aroma metalica disini dicampur keliaran New York Garage. Sesi berikutnya bergulir ke atraksi musik paling edan yaitu Terbujur kaku, menggeber track –track remix ala breakcore dari lagu-lagu “Baby hit Me one More Time” sampai Vierra yang “dengarkan curhatku”. Dilanjutkan sesi Cangkang Serigala, Death Metal midi karaoke yang mana si Ican dan Oka menggunakan laptop Phleg Terbujur Kaku sebagai imannya, sehingga terjadilah pergumulan antara Terbujur Kaku dan Cangkang Serigala. Nervous kemudian melanjutkan dengan track instrumental yang sedikit mengingatkan saya pada era no wave New York 90-an. Bergulir ke garda depan post lokal , Others, yang membuat saya seakan lari tanpa beranjak darimana pun. Jenny pun akhirnya tampil setelah sehari dijamu wawancara disebuah stasiun radio lokal, dan memulai agresi dengan lagu-lagu LP terbaru mereka manifesto.

Hujan gerimis sempat membuat panik panitia . Ditengah gambling antara melanjutkan acara atau tidak , Ican dengan ganasnya meracau sambil mengitari venue , menambah keliaran malam itu. Acara akhirnya diteruskan ke talent berikutnya yaitu The Nobodies. By far, ini adalah the best exchange gig yang pernah saya hadiri. A wild wild night !!!

manifesto showcase

reviewed by DAB magazine volume 09 - april mei 2009

Gelar karya rekaman perdana Jenny tentu amat dinantikan para localholic. JNM yang jadi saksi bisu acara ini dihiasi oleh instalasi berbagai kardus yang cukup menarik. Marina del Ray yang membuka perayaan itu ber-singalong lewat "20th Century Boy. Frau, si solo pianis menyusul dengan "Mesin Penenun Hujan" yang manis. Ketika layar memuat visual pembuka, Jenny mulai menyapa lewat "Resistance is Futile" dan lagu itu disambut para audience dengan cukup liar. Usai "Manifesto", pentas dikejutkan "kudeta" panggung Tripping Junkie yang berkolaborasi dengan Farid (voc). Ini lebih dari sekedar pagelaran karya. It's our enactment of a new indie cult in town, and the devotees belong to Jenny . Hail!