1. Aku Pernah Mati: sebuah film karya utpala atworks
Film ini diluncurkan pada Sabtu, 16 Februari 2008 dengan dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Jenny, Essen Un Blood, Ruang Maya, Oh Nina!, Gelindjank Tjahaya, Mahalo, C’mon Jimmy, dan Kembar Siam. Acara dimulai pukul 19.30 dengan diawali dengan pertunjukan musik. Setelah menunggu selama 2 jam, akhirnya pada pukul 21.30 film diputar.
Tampilan acaranya sendiri cukup memuaskan dalam artian acara berjalan lancar tanpa ada gangguan teknis yang berarti. Panggung disiapkan di halaman tengah Kinoki yang biasanya dipergunakan sebagai bukan coffeshop. Selain dipersiapkan sebagai panggung pertunjukan musik, panggung juga ditata sebagai tempat pemutaran film. Asyik juga menonton di halaman. Tampilan layar yang besar dan gambar film yang jelas, lumayanlah menjaring penonton untuk tetap setia selama 20 menit durasi pemutaran.
Peluncuran film Aku Pernah Mati ini ternyata menyedot perhatian dari banyak penonton yang kebanyakan adalah anak muda. Animo yang besar tersebut terbukti dari banyaknya penonton yang hadir malam itu. Semakin malam, penonton yang datang semakin banyak. Sembari menunggu pemutaran film, penonton lesehan, minum, makan dan menonton pertunjukan musik. Tapi yang patut mendapatkan catatan di sini adalah animo penonton ketika film ini diputar. Jika bisa diklasifikasikan, ada dua jenis penonton yang datang malam itu. Jenis pertama, adalah penonton yang tetap antusias menunggu dan ketika film ini diputar, banyak yang langsung menghadap layar dan asyik menonton. Karena memang pemutaran film inilah yang dijadikan menu utama oleh mereka. Tapi sebagian yang lain yakni jenis kedua, ada yang tidak mempedulikan film. Hal itu mungkin karena penonton ini lelah menunggu atau saking menikmati musik sehingga perhatiannya lebih tersedot ke pertunjukan musik atau bisa jadi mereka datang hanya untuk menikmati musiknya. Hal tersebut bisa mendapatkan pemakluman karena agaknya band-band pengisi acara malam itu memiliki fans tetap dan kemungkinan besar fans merekalah yang hadir. Sebagian dari jenis yang kedua ini malah ada yang asyik dengan obrolan di kelompoknya masing-masing. Meski demikian, secara keseluruhan, acara peluncuran ini berjalan lancar. Untung hujan tidak turun dan langit lumayan cerah. Pantaslah jika yang empunya acara menarik napas lega. Lancar.
Meski demikian ada beberapa catatan untuk acara ini. Ada beberapa teman yang mengatakan bahwa acara peluncuran film ini sebaiknya tidak terlalu bertele-tele. Pertunjukan musik selama hampir 2 jam sebelum pemutaran film dimulai, sebenarnya sudah menguras energi penonton. Menunggu bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi menunggu untuk 20 menit menonton. Untuk para fans dari band-band indie tersebut atau penonton yang memang datang karena ingin menonton dan kebetulan menyukai jenis musik seperti yang ditampilkan malam itu, tentu saja tidak masalah untuk menunggu selama hampir 2 jam. Tapi bagaimana dengan penonton yang hanya datang karena film itu dan tidak menyukai pertunjukan musiknya? Ya yang ada hanyalah manyun dan resah melihat jam. Bahkan ada yang beranjak pergi karena bosan menunggu padahal belum menonton filmnya. Sayang to sebenarnya? Mungkin hal-hal kecil seperti ini patut diantisipasi sebelumnya supaya semua pihak bisa dirangkul. Ada rerasan seperti ini: mbok filmnya diputar duluan to. Musik pembukanya cukup 20 menit wae lah. Nanti setelah film selesai, baru disambung lagi. Capek nih nunggunya...
teks ini di publish oleh kinoki
2. launching film: aku pernah mati
Peristiwa Berdarah production bekerjasama dengan What the hell clothing company dan Kopeh, mempersembahkan Launching film: Aku Pernah Mati, karya Utpala Artwork yang dibintangi oleh Eric Moubarak, Charlotte Putrid an disutradarai oleh A. Andic. Film ini adalah sebagai respon dari kehidupan emosi remaja yang digambarkan lewat seorang siswa SMU di Jogjakarta yang mudah putus asa akibat permasalahan-permasalahan kesehariannya dari sekolah, orang tua, teman-temannya. Rado (tokoh utama, red.) seharusnya menjalani hari-hari yang indah dengan segudang cerita cinta. Namun tampaknya kisah indah tak rela membelainya. Kematian menyelimuti alam pikirannya disaat semua orang berbahagia. Apa yang sesungguhnya terjadi pada Rado?. Kehidupan seperti apa yang dijalaninya di tengah alam pikiran tentang kematian?
Film ini akan meluruskan perspektif umum anak muda tentang trend istilah “Mati Muda” yang ditangkap sebagai suatu ke”keren”an dan juga terinspirasi lagu “Mati Muda” milik Jenny yang secara eksplisit ditangkap oleh kebanyakan anak muda sebagai bentuk persuasi yang negatif. Padahal lagu tersebut sebenarnya memiliki makna besar tentang sebuah pemahaman akan “menikmati dan mensyukuri kehidupan yang telah diberikan Tuhan”.
Pertunjukkan akan dibuka oleh music dengan genre post-rock dan shoegaze yang cenderung sendu dan galau dengan dukungan artistic dari video art performances yang mengusung tema serupa. Di tengah-tengah suasana tersebut akan diputarkan film “Aku Pernah Mati”.
Acara ini dilaksanakan pada Sabtu 16 Februari 2008 , jam 18.00 – selesai , di Kinoki baru sebelah kanan Whatever Shop, Kotabaru. Dan dimeriahkan oleh musik dan multimedia performances dari Jenny, Airport Radio, Oh Nina, Ruang Maya, Individual Life, Oke Karaoke (Semarang), Mahalo, C’mon Jimmy,Essen Und Blood dan video-video artists. Acara ini gratis dan akan memberikan booklet gratis kepada 200 pengunjung pertama
text by Anggit Tut Pinilih published at trulyjogja.com
Film ini diluncurkan pada Sabtu, 16 Februari 2008 dengan dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Jenny, Essen Un Blood, Ruang Maya, Oh Nina!, Gelindjank Tjahaya, Mahalo, C’mon Jimmy, dan Kembar Siam. Acara dimulai pukul 19.30 dengan diawali dengan pertunjukan musik. Setelah menunggu selama 2 jam, akhirnya pada pukul 21.30 film diputar.
Tampilan acaranya sendiri cukup memuaskan dalam artian acara berjalan lancar tanpa ada gangguan teknis yang berarti. Panggung disiapkan di halaman tengah Kinoki yang biasanya dipergunakan sebagai bukan coffeshop. Selain dipersiapkan sebagai panggung pertunjukan musik, panggung juga ditata sebagai tempat pemutaran film. Asyik juga menonton di halaman. Tampilan layar yang besar dan gambar film yang jelas, lumayanlah menjaring penonton untuk tetap setia selama 20 menit durasi pemutaran.
Peluncuran film Aku Pernah Mati ini ternyata menyedot perhatian dari banyak penonton yang kebanyakan adalah anak muda. Animo yang besar tersebut terbukti dari banyaknya penonton yang hadir malam itu. Semakin malam, penonton yang datang semakin banyak. Sembari menunggu pemutaran film, penonton lesehan, minum, makan dan menonton pertunjukan musik. Tapi yang patut mendapatkan catatan di sini adalah animo penonton ketika film ini diputar. Jika bisa diklasifikasikan, ada dua jenis penonton yang datang malam itu. Jenis pertama, adalah penonton yang tetap antusias menunggu dan ketika film ini diputar, banyak yang langsung menghadap layar dan asyik menonton. Karena memang pemutaran film inilah yang dijadikan menu utama oleh mereka. Tapi sebagian yang lain yakni jenis kedua, ada yang tidak mempedulikan film. Hal itu mungkin karena penonton ini lelah menunggu atau saking menikmati musik sehingga perhatiannya lebih tersedot ke pertunjukan musik atau bisa jadi mereka datang hanya untuk menikmati musiknya. Hal tersebut bisa mendapatkan pemakluman karena agaknya band-band pengisi acara malam itu memiliki fans tetap dan kemungkinan besar fans merekalah yang hadir. Sebagian dari jenis yang kedua ini malah ada yang asyik dengan obrolan di kelompoknya masing-masing. Meski demikian, secara keseluruhan, acara peluncuran ini berjalan lancar. Untung hujan tidak turun dan langit lumayan cerah. Pantaslah jika yang empunya acara menarik napas lega. Lancar.
Meski demikian ada beberapa catatan untuk acara ini. Ada beberapa teman yang mengatakan bahwa acara peluncuran film ini sebaiknya tidak terlalu bertele-tele. Pertunjukan musik selama hampir 2 jam sebelum pemutaran film dimulai, sebenarnya sudah menguras energi penonton. Menunggu bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi menunggu untuk 20 menit menonton. Untuk para fans dari band-band indie tersebut atau penonton yang memang datang karena ingin menonton dan kebetulan menyukai jenis musik seperti yang ditampilkan malam itu, tentu saja tidak masalah untuk menunggu selama hampir 2 jam. Tapi bagaimana dengan penonton yang hanya datang karena film itu dan tidak menyukai pertunjukan musiknya? Ya yang ada hanyalah manyun dan resah melihat jam. Bahkan ada yang beranjak pergi karena bosan menunggu padahal belum menonton filmnya. Sayang to sebenarnya? Mungkin hal-hal kecil seperti ini patut diantisipasi sebelumnya supaya semua pihak bisa dirangkul. Ada rerasan seperti ini: mbok filmnya diputar duluan to. Musik pembukanya cukup 20 menit wae lah. Nanti setelah film selesai, baru disambung lagi. Capek nih nunggunya...
teks ini di publish oleh kinoki
2. launching film: aku pernah mati
Peristiwa Berdarah production bekerjasama dengan What the hell clothing company dan Kopeh, mempersembahkan Launching film: Aku Pernah Mati, karya Utpala Artwork yang dibintangi oleh Eric Moubarak, Charlotte Putrid an disutradarai oleh A. Andic. Film ini adalah sebagai respon dari kehidupan emosi remaja yang digambarkan lewat seorang siswa SMU di Jogjakarta yang mudah putus asa akibat permasalahan-permasalahan kesehariannya dari sekolah, orang tua, teman-temannya. Rado (tokoh utama, red.) seharusnya menjalani hari-hari yang indah dengan segudang cerita cinta. Namun tampaknya kisah indah tak rela membelainya. Kematian menyelimuti alam pikirannya disaat semua orang berbahagia. Apa yang sesungguhnya terjadi pada Rado?. Kehidupan seperti apa yang dijalaninya di tengah alam pikiran tentang kematian?
Film ini akan meluruskan perspektif umum anak muda tentang trend istilah “Mati Muda” yang ditangkap sebagai suatu ke”keren”an dan juga terinspirasi lagu “Mati Muda” milik Jenny yang secara eksplisit ditangkap oleh kebanyakan anak muda sebagai bentuk persuasi yang negatif. Padahal lagu tersebut sebenarnya memiliki makna besar tentang sebuah pemahaman akan “menikmati dan mensyukuri kehidupan yang telah diberikan Tuhan”.
Pertunjukkan akan dibuka oleh music dengan genre post-rock dan shoegaze yang cenderung sendu dan galau dengan dukungan artistic dari video art performances yang mengusung tema serupa. Di tengah-tengah suasana tersebut akan diputarkan film “Aku Pernah Mati”.
Acara ini dilaksanakan pada Sabtu 16 Februari 2008 , jam 18.00 – selesai , di Kinoki baru sebelah kanan Whatever Shop, Kotabaru. Dan dimeriahkan oleh musik dan multimedia performances dari Jenny, Airport Radio, Oh Nina, Ruang Maya, Individual Life, Oke Karaoke (Semarang), Mahalo, C’mon Jimmy,Essen Und Blood dan video-video artists. Acara ini gratis dan akan memberikan booklet gratis kepada 200 pengunjung pertama
text by Anggit Tut Pinilih published at trulyjogja.com
--
No comments:
Post a Comment