“The Strokes versi Jogjakarta” pikir saya sewaktu pertama kali mendengar album baru dari sebuah band rock asal Jogjakarta, bernama Jenny. Lalu apakah tagline saya tersebut terlalu berlebihan atau justru membuat drop band ini? Ok, here we go.
Album ini dibuka dengan sebuah lagu berjudul Mati Muda (yang juga menjadi soundtrack untuk film berjudul Radit & Jani di tahun 2008 kemarin), sebuah lagu yang bertempo cukup up beat dan ceria. Hmm, dari segi liriknya sangat stand out, (mungkin) bisa dijadikan sebagai acuan anthem untuk para muda mudi yang bermimpi untuk menjadi The Next Kurt Cobain. Tapi entah mengapa, saya tidak mendapatkan sensasi mengejutkan dari segi soundsnya. Terutama suara vokalnya, yang terkesan ingin menjadi Julian Casablancas. Bahkan hampir keseluruhan sounds di album ini terdengar (maaf) sedikit flat and thin. Tetapi sah-sah saja apabila personil band ini memang menginginkannya seperti itu.
Hanya beberapa lagu di album ini, yang menurut saya semuanya berjalan beriringan (karena semua elemen dari sebuah band menjadi satu) Keren! Seperti di lagu berjudul Manifesto Postmodernisme, The Only Way, dan 120. Satu hal yang harus digaris bawahi dari album Jenny adalah, mereka masih fasih menggunakan struktru bahasa Indonesia untuk liriknya dengan baik dan benar. Which is, menurut saya itu adalah sebuah hal yang harus dihargai bahkan dipelajari oleh band-band yang memainkan musik seperti ini. Album ini bukanlah album yang mengecewekan, mungkin hanya perlu pembelajaran dari segi sounds untuk di album berikutnya.!!!
terimakasih kepada rullyboy untuk review dan ceritanya. thank you very much for making the choice to support us)
Album ini dibuka dengan sebuah lagu berjudul Mati Muda (yang juga menjadi soundtrack untuk film berjudul Radit & Jani di tahun 2008 kemarin), sebuah lagu yang bertempo cukup up beat dan ceria. Hmm, dari segi liriknya sangat stand out, (mungkin) bisa dijadikan sebagai acuan anthem untuk para muda mudi yang bermimpi untuk menjadi The Next Kurt Cobain. Tapi entah mengapa, saya tidak mendapatkan sensasi mengejutkan dari segi soundsnya. Terutama suara vokalnya, yang terkesan ingin menjadi Julian Casablancas. Bahkan hampir keseluruhan sounds di album ini terdengar (maaf) sedikit flat and thin. Tetapi sah-sah saja apabila personil band ini memang menginginkannya seperti itu.
Hanya beberapa lagu di album ini, yang menurut saya semuanya berjalan beriringan (karena semua elemen dari sebuah band menjadi satu) Keren! Seperti di lagu berjudul Manifesto Postmodernisme, The Only Way, dan 120. Satu hal yang harus digaris bawahi dari album Jenny adalah, mereka masih fasih menggunakan struktru bahasa Indonesia untuk liriknya dengan baik dan benar. Which is, menurut saya itu adalah sebuah hal yang harus dihargai bahkan dipelajari oleh band-band yang memainkan musik seperti ini. Album ini bukanlah album yang mengecewekan, mungkin hanya perlu pembelajaran dari segi sounds untuk di album berikutnya.!!!
terimakasih kepada rullyboy untuk review dan ceritanya. thank you very much for making the choice to support us)
-
No comments:
Post a Comment